Pembentukan Awan dan Hujan

 Ahli meteorologi mengetahui detail dari pembentukan awan, struktur, dan fungsinya baru-baru ini saja dengan menggunakan peralatan seperti pesawat, satelit, komputer, balon udara, dan sebagainya untuk menyelidiki tentang angin dan arahnya, untuk mengukur kelembaban dan variasinya, dan untuk menentukan level dan variasi tekanan atmosfer.



Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.
QS. an-Nur (24) : 43

Para ahli sains telah mempelajari berbagai macam awan dan mengerti bahwa awan yang menimbulkan hujan (awan hujan) dibentuk menurut sistem yang tertentu dan melalui tahapan-tahapan yang tertentu pula yang terhubung dengan model angin dan mendung yang tetap.

Salah satu dari awan yang menimbulkan hujan adalah yang disebut dengan 'awan cumulonimbus' yang berhubungan dengan badai guruh. Ahli meteorologi telah mempelajari bagaimana awan cumulonimbus terbentuk dan bagaimana awan ini menghasilkan hujan, hujan es dan kilat. Mereka menemukan bahwa awan cumulonimbus pergi melalui beberapa tahap berikut untuk menghasilkan hujan:

TAHAP KE-1, Pergerakan awan oleh angin: Awan cumulonimbus mulai terbentuk ketika angin mendorong beberapa bagian kecil dari awan (kumulus) menuju daerah di mana awan-awan berkumpul.

TAHAP KE-2, Pembentukan awan yang lebih besar: Kemudian awan-awan kecil (awan kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.



TAHAP KE-3, Pembentukan awan yang bertumpang tindih: Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih. Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan es, dsb. (Anthes, Richard A.; John J. Cahir; Alistair B. Fraser; and Hans A. Panofsky, 1981, The Atmosphere, s. 269; Millers, Albert; and Jack C. Thompson, 1975, Elements of Meteorology, s. 141-142)

Awan Cumulonimbus dilihat dari udara.


Ahli meteorologi menemukan bahwa awan cumulonimbus ini, yang menghujankan es, mencapai ketinggian 25.000 sampai dengan 30.000 kaki (4.7 s.d. 5.7 mile), bagaikan pegunungan, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran: "...dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung...", dan selanjutnya juga menerangkan: "...Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan."

Ayat ini mungkin akan membangkitkan sebuah pertanyaan. Mengapa ayat tersebut menyatakan "kilatnya" ketika menyatakan tentang hujan es? Bukankah ini berarti bahwa butiran es adalah faktor terbesar yang menyebabkan kilat? Mari kita lihat sebuah buku yang berjudul "Meteorologi Hari Ini (Meteorology Today)", yang menyatakan tentang ini. Buku ini mengatakan bahwa awan menjadi bermuatan listrik ketika butiran es jatuh melalui sebuah daerah di awan yang sangat dingin dan berbentuk kristal es. Ketika butiran cair bertumbukan dengan butiran es, mereka membeku ketika bersentuhan dan melepaskan panas yang terpendam. Ini untuk menjaga permukaan butiran es tetap lebih hangat dari pada kristal es di sekitarnya.

Ketika butiran es bersentuhan dengan kristal es, fenomena penting terjadi. Elektron mengalir dari objek yang lebih dingin menuju objek yang lebih hangat. Oleh karenanya butiran es terbebani elektron negatif. Efek yang sama terjadi ketika tetesan yang sangat dingin bersentuhan dengan butiran es dan "tiny splinter of positively charged ice break of". Pemicu api ini, yang terbenani partikel bermuatan positif kemudian terbawa menuju bagian awan yang lebih tinggi oleh "updraft". Butiran es, yang tertinggal dengan beban negatif, jatuh menuju bagian bawah dari awan, sehingga bagian bawah awan menjadi bermuatan negatif. Beban muatan negatif ini kemudian ditembakkan ke bumi sebagai kilat. Kita bisa menyimpulkan dari keterangan ini bahwa butiran es adalah faktor utama yang menimbulkan kilat.



Sampai dengan 1600 abad, ide Aristoteles tentang meteorologi masih dominan. Sebagai contoh, dia menyatakan bahwa atmosfer berisi dua macam uap, basah dan kering. Dia juga mengatakan bahwa guntur adalah suara benturan antara uap kering dengan awan yang berdekatan, dan kilat adalah kobaran pembakaran dari uap kering yang tipis. Ini adalah ide-ide pada bidang meteorologi yang dominan pada masa Al Qur'an diturunkan. Tetapi Al Qur'an telah menjelaskan proses pembentukan awan dan hujan ini dengan sangat tepat. Sungguh jelas bahwa Allah telah memberitahu kita suatu informasi yang tak mungkin dapat diketahui 1400 tahun yang lalu.


Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan. Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, "bahan baku" hujan naik ke udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat. Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan,

Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira
QS. ar-Rum (30) : 48


Kini, mari kita amati tiga tahap yang disebutkan dalam ayat ini.

TAHAP KE-1: "Dialah (Allah) yang mengirimkan angin..."

Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut "perangkap air".

TAHAP KE-2: "...lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal..."

Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.

TAHAP KE-3: "...lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya..."

Gambar di atas memperlihatkan butiran-butiran air yang lepas ke udara. Ini adalah tahap pertama dalam proses pembentukan hujan. Setelah itu, butiran-butiran air dalam awan yang baru saja terbentuk akan melayang di udara untuk kemudian menebal, menjadi jenuh, dan turun sebagai hujan. Seluruh tahapan ini disebutkan dalam Al Qur'an.


Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel-partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.

Dalam ayat lain Allah menjelaskan bagaimana manusia dibangkitkan melalui fenomena penurunan hujan yang menumbuhkan berbagai macam tumbuhan:

Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.
QS. al-A'raf (7) : 57

Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’an-lah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

DesignBlog BloggerTheme comes under a Creative Commons License. This template is free of charge to create a personal blog. You can make changes to the templates to suit your needs. But You must keep the footer links Intact.