Ada Cinta di Hatiku

Cisitu, 29 September 2010, 07.19 WIB

Udara pagi menyambutku dengan ramah, sentuhan rahmat yang Allah berikan begitu terasa merasuk qolbuku. Pagi ini aku merasakan salah satu nikmat yang sering terlupakan oleh kita, kesehatan. Hari ini sangat berbeda, aku tidak lagi merasakan rasa sakit yang aku dera dua hari yang lalu, saat suhu badanku melebihi batas rata-rata normal, dan kepalaku serasa dihantam oleh palu yang bertubi-tubi. Semua itu, kini telah sirna, hilang dari perasaan.

Perut yang kosong pun memaksaku untuk berjalan menuju tempat yang selalu ramai dikunjungi orang yang akan berangkat kuliah atau kerja. Mereka ke tempat ini untuk mengisi persediaan bahan bakar untuk beraktivitas dalam keseharian mereka. Bahan bakar yang menjadi syarat utama dilakukannya proses pencernaan makanan di dalam tubuh. Proses yang tidak perlu kita kendalikan, karena semua telah “diprogram” oleh Yang Maha Kuasa, Maha Perkasa.

Tak lama berselang, aku langsung menuju tempat tinggal setelah selesai melakukan ikhtiar dalam menggapai kesempurnaan nikmat, karena tidak semua orang bisa mengisi perutnya pagi itu. Pada pukul 07.57, ada sebuah SMS (Surat Menyurat Singkat) masuk ke ponselku, nomor pengirimnya tidak terdaftar dalam list phonebook-ku.
Setyo, BP HME ngundang kamu untuk acara tumpengan (syukuran) di sekretariat HME jam 7 malem..
Bs dtg kan? Ditunggu ya

Aku tidak langsung merespon sms itu, karena saat itu aku sedang bersiap ke kampus, pukul 09.00 ada kuliah Agama dan Etika Islam. Aku berpikir sejenak, sebenarnya nanti malam Haris mengajakku ke Audi Inspira, Jl. Tubagus Ismail Raya No. 5 Bandung, di sana setiap hari Rabu pukul 20.00 – 21.30 ada Ta’lim Rutin Entrepreneur. Tema yang disuguhkan malam itu adalah “Generasi Wali Allah”, pembicaranya langsung oleh Kang Rendy Saputra, seorang entrepreneur muda yang memiliki prestasi cemerlang. Namun, aku kira acara di HME ini adalah acara yang sangat penting. Akhirnya, sebelum berangkat aku mengkonfirmasi kedatanganku nanti malam.
Insya Allah bs, tp dtngnya mgkn hbs Isya, sktr jm 07.20
Diri ini pun melangkahkan kaki menuju kampus tercinta…

Sekretariat HME, 29 September 2010, 19.33 WIB

Malam telah menjelang, siang pun telah berlalu. Sinar mentari yang telah seharian mennerangi bumi Parahyangan, kini pergi digantikan sinar-sinar lampu yang menerangi setiap sudut kota. Rintik-rintik rahmat dari Allah berjatuhan membasahi dedaunan yang menghijau. Semua itu menjadi karunia yang tak terkira yang telah Allah limpahkan kepada makhluknya di bumi.

Usai shalat Isya di Salman, aku bersama Ghozali bergegas menuju tempat acara. Pada saat itu sedang berlangsung sesi sharing dengan Kak Fitrian Pambudi, Presiden HME saat ini. Ada tiga pertanyaan terajukan yang menjadi motivasi kita semua, Trooper 2009 yang hingga saat ini masih bisa bertahan, dan terus mempertahankan tekad untuk melanjutkan Proses Penerimaan Anggota Biasa ini. Tentunya, untuk bergabung di Himpunan, himpunan yang setiap hari ada di hatinya, himpunan yang akan selalu menemani langkah hidupnya dalam hari-harinya ke depan.

Apa yang mau didapat di HME? Apa kebanggaan kita kepada HME? Dan apakah kita sudah siap menjalankan kewajiban kita sebagai anggota  biasa? Pertanyaan-pertanyaan yang mengundang berbagai ragam jawaban. Banyak yang megungkapkan pendapatnya. Ada yang di HME ingin bersosialisasi. Berorganisasi, memperdalam ilmu keprofesian, dan lain-lain. Bahkan ada yang ingin menjadikan sekre sebagai tempat tinggal keduanya di Bandung. Mulai dari tidur, makan, istirahat, belajar, hampir semuanya di sana. Tentang pertanyaan kedua, ada yang bilang kalau HME adalah himpunan yang besar, punya sekre yang besar, dan jumlah anggota yang besar pula. Ada pula yang bangga dengan supporterya. Yang paling menggelitik adalah pernyataan bahwa cowok HME adalah cowok-cowok yang menjadi idola para kaum hawa dari himpunan-himpunan yang ada. Menanggapai pertanyaan terakhir, semuanya setuju bahwa kita harus siap menanggung segala konsekuensi atas pilihan kita menjadi angota biasa HME ITB.
Aku mencoba berpikir, menanyakan hal ini ke dalam hatiku, mencoba menelisik sanubari dalam diri ini. Sejak awal aku telah mendengar perkataan yang sangat mulia dari seseorang yang paling mulia di muka bumi ini,
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ”Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain.” (HR. Thabrani & Daruquthni)
Kata-kata ini menghujam jantungku begitu dalam, meresap bersama aliran darah, dan mengalir ke setiap persendian di seluruh tubuhku.
Sejak aku magang di Pengabdian Masyarakat HME, insting untuk saling berbagi semakin tumbuh dalam setiap derap langkahku. Penglaman yang sangat luar biasa ketika harus mengajari anak-anak SD yang masih lucu dan lugu bersama teman-teman. Di sana tidak hanya mereka yang belajar, namun kita juga belajar memberi dengan ikhlas, menyampaikan ilmu yang diamanahkan kepada kita, meski hanya perhitungan matematika sederhana, atau sekadar membuat kartu ucapan lebaran. Sedikit perbuatan kita, akan sangat berarti bagi mereka. Belum lagi saat HME bederma, mulai dari saat-saat pengumpulan dana dari masa HME hingga pelaksanaan buka bareng di panti asuhan. Semua momen-momen berharga itu akan sulit untuk dilupakan. Dan pastinya, Allah tidak akan lengah terhadap apa yang kita kerjakan.

Bukanlah kebanggaan akan sesuatu yang membuatku mampu bertahan sampai di sini. Namun, keinginanku untuk membuat HME menjadi kebanggaan, bukan hanya di mata manusia, tapi juga dalam pandangan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Proyek Palapa yang sudah dikenal oleh masyarakat sanggup menghidupkan aktivitas insan-insan penghuni desa yang dulunya jauh dari sentuhan cahaya di malam hari. Para warga hanya mengandalkan cahaya lilin atau lampu-lampu minyak, serta cahaya rembulan yang tidak setiap malam dapat mereka rasakan. Sulit rasanya untuk belajar atau mempersiapkan pekerjaan mereka untuk esok hari. Namun kini, anak-anak bisa mengaji di suaru-suaru, belajar menjadi tak sesulit dulu, dan setiap pekerjaan serasa menjadi tak terbatas waktu. Tentunya ini adalah bentuk ikhtiar kakak-kaka kita yang telah diberi kemudahan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mewujudkannya, dan merupakan tugas kita untuk mengembangkannya. Semoga bisa menjadi amalan yang akan menyelamatkan kita di hari kiamat nanti.

Lalu, dengan niat yang ikhlas dari dalam hati, dengan tekad yang kuat dari dalam diri, dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh dalam menjalani, niscaya Allah akan memberikan kekuatan dan kemudahan kepada kita sehingga kita siap untuk mengemban tugas dan tanggung jawab kita, siap untuk memikul segala konsekuensi kita setelah menjadi anggota biasa, siap untuk megharumkan nama HME ITB, dan siap membawa HME menjadi kebanggaan di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Setelah menjalani proses yang melelahkan selama berbulan-bulan, proses yang penuh arti dan takkan sia-sia. Proses penanaman sebuah kecintaan pada perbuatan baik, pada keluarga kita di HME, proses saling memberi dan menerima dengan ikhlas dan cinta, dalam suatu Masa Bina Cinta. Hingga saat ini telah tertaman benih-benih cinta yang akan segera tumbuh dalam hati kami, menghiasi setiap perilaku kami. Jaket abu-abu yang kita kenakan, hanyalah sebagai simbol. Namun, dalam hati kita harus tertanam kuat kecintaan untuk beramal melalui wadah-wadah yang telah tersedia untuk menyaurkan pikiran dan tenaga kita, saat kita mengenakan jaket tersebut. Jika kita besungguh-sungguh memaksimalkan setiap kesempatan untuk mempersiapkan kehidupan setelah mati, memberikan manfaat sebanyak-banyaknya kepada orang lain, boleh jadi jaket ini yang akan menghindarkan kita dari api neraka.

Ingatlah salah satu dari dua nikmat Allah yang sering terlupakan, nikmat waktu luang, jangan biarkan detik yang kita lewati berlalu begitu saja. Semoga tulisan yang sedikit ini bisa menjadi langkah awal kita untuk menempuh sebuah perjalanan panjang yang akan kita lalui bersama, sebuah kehidupan dengan tanggung jawab yang baru, yang semoga akan menjadi bekal kita untuk kehidupan yang lebih abadi. Saat seorang bapak tidak bisa menolong anaknya, dan seorang anak tidak bisa menolong bapaknya sedikitpun. Saat masing-masing dari kita menghadap kepada yang telah menciptakan kita membawa apa yang telah kita persiapkan untuk dibalas setiap pekerjaan kita dengan sempurna. Saat neraca keadilan ditegakkan sehingga tidak seorangpun pada hari itu dirugikan sedikitpun, dan kekuasaan pada saat itu hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam.

0 komentar:

Posting Komentar

 

DesignBlog BloggerTheme comes under a Creative Commons License. This template is free of charge to create a personal blog. You can make changes to the templates to suit your needs. But You must keep the footer links Intact.